Bagi sebagian orang, shalat sendirian sering dianggap lebih praktis. Tinggal berwudhu, membentangkan sajadah, lalu menunaikan shalat. Tidak perlu menunggu orang lain, tidak perlu berjalan ke masjid, dan bisa dilakukan kapan saja. Namun, jika kita memahami ajaran Islam secara lebih dalam, shalat berjamaah menyimpan keutamaan yang jauh lebih besar.
Rasulullah SAW bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan betapa besar nilai yang Allah berikan bagi seorang muslim yang memilih berjamaah. Hanya dengan melangkahkan kaki menuju masjid atau musholla, pahala yang diperoleh berlipat ganda hingga 27 kali dibandingkan shalat sendirian.
Disiplin Waktu dan Ketaatan
Shalat berjamaah tidak hanya soal pahala. Ia juga melatih disiplin seorang muslim. Azan yang berkumandang menjadi penanda waktu, mengajarkan bahwa ibadah tidak bisa ditunda. Jika biasanya seseorang menunda shalat karena sibuk atau lalai, berjamaah melatihnya untuk segera memenuhi panggilan Allah. Dari sini, terbentuk kebiasaan tepat waktu yang bermanfaat bukan hanya untuk urusan ibadah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, termasuk belajar dan bekerja.
Kesetaraan dalam Barisan
Shalat berjamaah juga mengandung nilai kebersamaan yang kuat. Dalam saf yang tersusun rapi, semua orang berdiri sejajar: kaya dan miskin, pejabat dan rakyat biasa, orang tua dan anak muda. Tidak ada perbedaan status. Semua sama-sama menundukkan kepala, bersujud hanya kepada Allah. Barisan shalat menjadi simbol kesetaraan dan persaudaraan yang diajarkan Islam.
Di pesantren, shalat berjamaah menjadi bagian penting dari pendidikan karakter. Santri yang mungkin jarang berinteraksi tetap akan berdiri berdampingan, bahu menyentuh bahu, hingga tumbuh rasa ukhuwah. Saat takbir bergema serempak, ada kehangatan yang sulit tergantikan: rasa kebersamaan dalam ibadah. Inilah yang membuat shalat berjamaah bukan hanya pengalaman spiritual, tetapi juga pengalaman sosial yang memperkuat persaudaraan.
Menghapus Dosa dan Menumbuhkan Keikhlasan
Tidak sedikit riwayat yang menyebutkan bahwa setiap langkah menuju masjid untuk shalat berjamaah akan menghapus dosa-dosa kecil. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berwudhu lalu memperbagus wudhunya, kemudian pergi ke masjid untuk shalat berjamaah, maka setiap langkahnya Allah hapuskan satu dosa dan diangkat satu derajat.” (HR. Muslim). Bayangkan, betapa banyak rahmat yang didapat hanya dengan berjalan menuju jamaah.
Shalat berjamaah juga mengajarkan keikhlasan. Ketika menjadi makmum, seseorang belajar tunduk mengikuti imam. Ia menahan diri dari keinginan mendahului, bersabar menanti bacaan, dan melatih hati untuk taat. Sebaliknya, saat menjadi imam, ia memikul amanah untuk memimpin jamaah dengan benar, membacakan doa dengan khusyuk, dan memastikan shalat berlangsung sesuai tuntunan. Semua ini adalah latihan spiritual yang tidak ditemukan saat shalat sendirian.
Ibadah Sosial yang Mempererat Persaudaraan
Shalat berjamaah sejatinya adalah ibadah sosial. Ia mempertemukan banyak hati dalam satu tujuan: menyembah Allah. Usai shalat, jamaah dapat saling menyapa, bertukar kabar, bahkan mempererat hubungan silaturahim. Di kampung atau pesantren, shalat berjamaah menjadi ruang kebersamaan yang menghidupkan suasana islami dan menjaga kekompakan masyarakat.
Maka, jangan sia-siakan kesempatan besar ini. Shalat berjamaah bukan hanya bernilai 27 kali lipat, tetapi juga mengajarkan disiplin, menumbuhkan keikhlasan, mempererat ukhuwah, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang lebih sempurna.
Shalat sendirian mungkin terasa praktis, tetapi berjamaah menghadirkan dimensi yang jauh lebih luas. Ia bukan hanya ibadah personal, melainkan juga simbol persatuan, kesetaraan, dan kebersamaan umat Islam. Dengan shalat berjamaah, seorang muslim tidak hanya memperbaiki hubungannya dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia.
