Rahasia Adab Menuntut Ilmu, Bekal Agar Ilmu Menjadi Berkah

Menuntut ilmu bagi seorang muslim bukan sekadar kewajiban, melainkan jalan menuju keberkahan hidup. Di pesantren, santri terbiasa berhadapan dengan kitab, guru, dan beragam pelajaran. Namun, apakah ilmu itu otomatis membawa manfaat? Tidak selalu. Ada satu kunci penting yang kerap dilupakan: adab.

Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah). Hadis ini sering kita dengar, tetapi banyak yang hanya berhenti pada perintah belajar. Padahal, para ulama sejak dulu menegaskan bahwa ilmu sejati tidak akan berbuah kebaikan tanpa adab.

Imam Malik, salah satu ulama besar Madinah, bahkan mengingatkan murid-muridnya: “Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.” Bagi beliau, adab adalah pondasi. Sebab, ilmu yang tidak dibarengi dengan sikap hormat hanya akan menumpuk sebagai hafalan, tidak menembus hati dan akhlak.

Bayangkan ada dua santri. Keduanya rajin belajar. Yang satu pintar, hafal banyak pelajaran, tetapi kerap bersikap kurang sopan pada gurunya. Yang satunya lagi, mungkin ilmunya belum tinggi, tetapi ia sopan, rendah hati, dan penuh perhatian. Menurut para ulama, justru santri yang kedua lebih dekat dengan keberkahan.

Adab dalam menuntut ilmu bisa diwujudkan lewat hal-hal sederhana: duduk tenang mendengarkan penjelasan guru, tidak menyela, dan bertanya dengan sopan. Menjaga kerendahan hati, tidak merasa paling pintar hanya karena sudah paham sedikit, juga bagian dari adab. Dan yang tak kalah penting, menata niat. Belajar bukan untuk gengsi atau sekadar mencari pujian, melainkan agar ilmu itu bisa mendekatkan diri kepada Allah dan memberi manfaat bagi sesama.

Adab sejatinya adalah wadah. Tanpa wadah, ilmu akan tumpah dan tidak memberi faedah. Tetapi dengan wadah yang benar, meski sedikit ilmu yang dimiliki, ia akan menjadi berkah. Imam Syafi’i pun berpesan: “Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

Menuntut ilmu bukanlah perlombaan siapa paling pintar, tetapi perjalanan menata diri agar menjadi pribadi yang lebih rendah hati, lebih bermanfaat, dan lebih dekat kepada Allah. Jika adab terjaga, insya Allah ilmu akan menjadi cahaya yang membimbing, bukan hanya di dunia, tetapi juga hingga akhirat kelak.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *