Kebersihan sering kali dipandang sebagai hal kecil. Ia kerap dianggap sekadar urusan rapi, wangi, dan teratur. Padahal, dalam Islam, kebersihan menempati kedudukan yang sangat tinggi. Rasulullah SAW bersabda: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim). Hadis singkat ini memberi pesan kuat bahwa menjaga kebersihan tidak hanya soal jasmani, tetapi juga merupakan bagian dari spiritualitas seorang muslim.
Menjaga kebersihan berarti merawat anugerah Allah yang ada pada diri kita dan lingkungan sekitar. Tubuh yang terjaga kebersihannya akan lebih sehat, jauh dari penyakit, dan lebih siap untuk beribadah. Lingkungan yang bersih menciptakan suasana nyaman, menumbuhkan semangat, sekaligus menghindarkan dari berbagai sumber bahaya. Di pesantren, kamar yang rapi membuat santri lebih mudah belajar, sementara masjid yang terawat kebersihannya menghadirkan suasana ibadah yang lebih khusyuk. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kebersihan adalah pintu masuk kekhusyukan ibadah.
Kebersihan juga merupakan cerminan akhlak seorang muslim. Orang yang peduli kebersihan biasanya memiliki karakter disiplin, teratur, dan penuh tanggung jawab. Ia tidak hanya peduli pada dirinya sendiri, tetapi juga pada orang lain di sekitarnya. Kebiasaan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, merapikan tempat tidur, atau menyapu halaman asrama, merupakan tanda nyata dari keimanan. Sebaliknya, mengabaikan kebersihan sering kali menunjukkan kelalaian dalam menjaga amanah yang telah Allah titipkan.
Di pesantren, kegiatan bersih-bersih tidak bisa dianggap sekadar rutinitas harian. Ia merupakan bagian dari pendidikan karakter. Ketika seorang santri terbiasa bangun pagi untuk menyapu halaman, ia sebenarnya sedang belajar disiplin dan tanggung jawab. Saat merapikan kamar atau mencuci pakaian sendiri, ia sedang melatih kemandirian. Dari hal-hal kecil ini, tumbuhlah pribadi yang peduli, tertata, dan siap menghadapi kehidupan yang lebih besar di luar pesantren.
Lebih dari sekadar kebiasaan, bersih-bersih dalam Islam juga memiliki dimensi ibadah. Menjaga kebersihan tubuh adalah syarat sah shalat, sebab wudhu tidak sah bila dilakukan dalam keadaan najis. Menjaga kebersihan pakaian dan tempat ibadah membuat ibadah terasa lebih tenang. Bahkan, aktivitas sederhana seperti memotong kuku, merapikan rambut, dan menjaga bau badan termasuk bagian dari sunnah yang dianjurkan. Semua ini menunjukkan bahwa kebersihan tidak terpisahkan dari keimanan.
Sering kali kita meremehkan hal kecil. Sapu yang diayunkan di halaman pesantren mungkin tampak sepele, tetapi bisa jadi bernilai pahala besar. Membuang satu bungkus plastik ke tempat sampah mungkin dianggap biasa, tetapi di mata Allah ia termasuk amal kebaikan. Sebaliknya, meninggalkan kotoran berserakan bisa mengganggu orang lain dan berbuah dosa. Itulah sebabnya Islam menekankan bahwa iman tidak hanya diukur dari ibadah ritual, tetapi juga dari perilaku nyata sehari-hari.
Maka, jangan pernah menyepelekan aktivitas bersih-bersih. Setiap usaha menjaga kebersihan, baik pada diri, lingkungan, maupun tempat ibadah, sesungguhnya adalah latihan iman. Dengan kebersihan, tubuh lebih sehat, ibadah lebih khusyuk, dan hidup terasa lebih tertata. Seorang muslim sejati semestinya dikenal bukan hanya dari ibadahnya, tetapi juga dari kerapian, keteraturan, dan kepeduliannya menjaga kebersihan.
Pada akhirnya, kebersihan bukan hanya soal estetika atau kesehatan, tetapi jalan menuju keimanan yang lebih kokoh. Semakin kita menjaga kebersihan, semakin kita mendekat pada teladan Rasulullah SAW, sekaligus semakin layak disebut sebagai hamba Allah yang beriman.
